Selamat Datang di PP PAUD dan Dikmas Jawa Tengah
Banner
Unit Layanan Terpadu
Agenda
28 November 2023
M
S
S
R
K
J
S
29
30
31
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Statistik

Total Hits : 28868912
Pengunjung : 391816
Hari ini : 626
Hits hari ini : 101588
Member Online :
IP : 34.228.52.21
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Menghilangkan Kebiasaan Buruk Pada Anak

Tanggal : 08-09-2017 07:54, dibaca 50892 kali.



Awalnya, lucu melihat anak kita mengenyot jempolnya. Tapi lama kelamaan kok sulit ya menghentikannya? Mengenyot jempol, menggigit kuku, mengamuk, mengompol, beberapa keluhan yang mungkin sederhana tapi bisa membuat pusing orangtua. Di tambah lagi kekhawatiran akankah kebiasaan ini berakibat buruk pada anak.

Kebiasaan buruk tersebut apabila dibiarkan akan berlanjut sampai dewasa, gangguan ini bisa dikatakan sebagai gangguan situasional sementara. Jika ditangani dengan tepat dapat hilang dan akan banyak mempengaruhi pergaulannya . Beberapa kebiasaan buruk pada anak, ada yang sampai dialami hingga dewasa misalnya menggigit kuku dan latah. Apa yang terpikirkan oleh kita apabila melihat orang menggigit kukunya? Merasa jijik bukan? Tetapi hal itu tidak disadari oleh pelakunya.

Kebiasaan buruk ini mungkin bersifat sementara, tetapi apabila hal ini disikapi dengan ketidakpedulian  dari orang tua maka kemungkinan besar akan menjadi masalah dalam diri anak berkaitan dengan perkembangan penyesuaian diri dan kepribadiannya.

Membangun kebiasaan baik bukanlah pekerjaan gampang. Apalagi bila kita ingin mengubah kebiasaan buruk anak. Menurut  Dr. Maxwell Maltz, dalam bukunya “Psycho-Cybernetics”, kebiasaan dibangun dari melakukan sesuatu yang sama secara berulang-ulang dan hampir setiap hari.

Artinya, kita harus melakukan perbuatan itu berulang kali secara konsisten, sampai otak kita merekam pesan bahwa hal tersebut adalah kebiasaan kita. Saat otak sudah merekam, maka secara otomatis otak akan “mengingatkan” kita untuk melakukan hal tersebut jika sudah waktunya.

Seperti dilansir dari Womensmedia.com, menurut Maltz otak kita tidak akan melakukan atau merekam pesan baru jika kita tidak melakukan perubahan dengan konsisten. Melakukan suatu hal yang sama secara berulang-ulang memang sangat membosankan. Namun jika kita paham makna dan kegunaan pengulangan atau repetisi tersebut, tentu kita akan dengan senang hati melakukannya.

Mengubah kebiasaan buruk dengan kebiasaan baru yang lebih positif memang dibutuhkan kedisiplinan pribadi dan perilaku yang positif. Selain itu diperlukan keberanian mau bersusah payah mengubah diri menjadi seorang yang lebih baik.

Bercermin dari tekad kita mengubah kebiasaan buruk si kecil, kita juga harus bertanya pada diri sendiri berapa banyak kebiasaan buruk kita? Apakah kita seringkali menunda pekerjaan? Selalu terlambat tiba di kantor? Suka melupakan kewajiban kita menunaikan sholat 5 waktu? Atau tak bisa meninggalkan kebiasaan merokok?

Apa pun itu, mengubah kebiasaan buruk kita bukanlah pekerjaan mudah. Membangun kebiasaan baru adalah sebuah proses yang perlahan. Ia adalah sebuah evolusi, bukan revolusi dan kuncinya adalah komitmen dan disiplin.

Menurut seorang penulis abad 19, Thomas H. Huxley, ia mendefinisikan dengan baik sekali tentang kebiasaan orang-orang sukses, yaitu, “Kemampuan melakukan hal yang harus dilakukan, ketika itu memang perlu dilakukan, tidak peduli anda suka atau tidak dalam melakukannya.”

Hal kecil bila dilakukan dengan disiplin dan konsisten akan sangat dahsyat akibatnya. Ingatlah bahwa batu cadas yang keras bisa menjadi berlubang hanya karena terus ditetesi air yang begitu lembut. Batu karang yang begitu keras terkikis oleh ombak di pantai. Begitu pula jika kita bertekad ingin mengubah kebiasaan buruk kita.


KESALAHAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK

 

 Kesalahan Orangtua Dalam Mendidik Anak

Harapan orangtua tentunya dapat mendidik anaknya dengan baik dan benar. Harapan itu tidak selamanya berjalan dengan baik, ada kalanya dan tidak sedikit orangtua yang melakukan kesalahan dalam mendidik anaknya, berapa kesalahan dalam mendidik anak misalnya :

 

1.    Tidak saling percaya antara orangtua dan anak

Banyak orangtua dan anak menderita penyakit saling tidak percaya. Orangtua tidak percaya kepada anaknya karena dia selalu beranggapan bahwa anaknya masih kecil. Sikap orangtua seperti itu akan menimbulkan jauhnya hubungan dan menambahkan pertentangan diantara keduanya. Anak tidak mempercayai orangtuanya karena janjinya yang tak kunjung ditepati dan ancamannya yang tidak pernah dilaksanakan. Akhirnya di antara keduanya tidak ada saling keterbukaan. Anak akan melakukan kepatuhan semu, dan bapak lalai dengan amanahnya untuk memperlakukan anaknya dengan baik (Muhammad, 2002, hal 115).

Ini merupakan kesalahan terpenting, karena anak belajar dari orang tua banyak hal, tetapi ternyata sering bertentangan dengan apa yang telah diajarkannya. Tindakan ini berpengaruh buruk terhadap mental dan perilaku anak. Bagaimana anak akan belajar kejujuran kalau ia mengetahui orang tuanya berdusta? Bagaimana anak akan belajar sifat amanah, sementara ia melihat bapaknya menipu? Bagaimana anak akan belajar akhlak baik bila orang sekitarnya suka mengejek, berkata jelek dan berakhlak buruk?

Dampak negatif dari saling tidak percaya antara orangtua dan anak diantaranya ialah (Muhammad, 2002, hal 117-118):

a.    Bila anak sudah tidak mau percaya lagi dengan perkataan orangtuanya lantaran tidak ada kejujuran dan biasa mengingkari janji, maka ketika orang tua mengingatkan perilaku jelek anaknya, anak tidak akan mau mendengarnya.

b.    Bila telah hilang rasa percayanya kepada orangtua, biasanya anak akan mempercayai teman atau gurunya.

c.    Hilangnya saling percaya antara orangtua dan anak menyebabkan semakin besarnya permasalahan pada diri anak, karena tidak akan pernah lagi mendapatkan perhatian dari siapapun.

d.   Anak akan penuh dengan kecemasan dan tekanan hati yang tidak ada seorangpun bisa menyelesaikannya.

 

2. Tidak percaya diri

                         Banyak kita dapati para pemuda tidak mempercayai kemampuan dirinya seakan-akan kehilangan sifat aslinya. Kita bisa lihat bagaimana mereka tidak meyakini kemampuan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali memulai suatu pekerjaan mereka selalu menunggu orang lain memberikan pengarahan: lakukan ini, lakukan itu, dan bila mendapat kesulitan, mereka tidak mampu mencari penyelesaian (Muhammad, 2002, hal 121).

Hal ini banyak terjadi di kalangan bapak-bapak; padahal ini berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan pandangannya terhadap kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh jadi penakut, lemah dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan sampai ia menjadi dewasa.

Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendidik mereka untuk memiliki rasa percaya dan harga diri, namun tidak sombong dan takabur; serta senantiasa diupayakan agar anak dikenalkan pada hal-hal yang bernilai tinggi dan dijauhkan dari hal-hal yang bernilai rendah.

                        Ini adalah salah satu akibat dari (kesalahan) orangtua dalam mendidik anaknya. Terkadang hal semacam ini kurang disadari, karena sikap orangtua tadi tentu didasari dengan pertimbangan bahwa apa yang dia lakukan selama ini adalah untuk kebaikan mereka (Muhammad, 2002, hal 122).

                        Adanya ketidak percayaan anak terhadap kemampuan dirinya tadi disebabkan hal-hal sebagai berikut (Muhammad, 2002, hal 122-124):

1.      Terlalu banyak perintah dan larangan yang diterapkan pada anak-anak, kecil maupun dewasa, bahkan terkadang sampai dalam urusan yang semestinya dia tidak dilakukan seperti itu.

2.      Orangtua yang selalu mencela pekerjaan.

3.      Anak tidak mempunyai keberanian untuk berbicara dengan teman-temannya dikarenakan takut salah atau takut menyampaikan hal-hal yang tidak disukai orangtuanya.

 

3. Memukul tidak menyelesaikan masalah

               Banyak orang beranggapan bahwa memukul termasuk cara yang efektif dalam mendidik dan mengingatkan anak, serta untuk menunjukkan wibawa orangtua. Sebenarnya hal itu adalah anggapan dan pikiran yang keliru. Bila seorang pendidik belum-belum sudah menggunakan pukulan maka sesungguhnya dia telah membuang dalam dirinya kesempatan mendidik dengan arahan dan bimbingan, mengoreksi kebiasaan-kebiasaan salah yang dilakukan (Muhammad, 2002, hal 131).

     Setiap orangtua bisa saja menyiksa anak dengan menggunakan hukuman fisik agar anak mematuhin. Memukul tidak menyelesaikan masalah. Tidak ada riset yang menunjukkan bahwa anak yang dipukul akan berperilaku lebih baik. Bahkan sebaliknya, riset menunjukkan bahwa anak yang dipukul pada usia 4 tahun biasanya masih harus dipukul ketika berusia 7 tahun. Dengan kata lain dalam jangka panjang tidak akan memberikan dampak positif pada anak. Selain itu, memukul anak memberikan contoh yang buruk dan memberikan kesan bahwa kekerasan adalah hal yang bisa diterima (Woolfson, 2004, hal. 43).

               Seorang anak yang dididik dengan menggunakan kekerasan akan membawa dampak jelek terhadap didirinya, antara lain (Muhammad, 2002, hal 135):

1.   Pukulan akan mewariskan pada diri anak kebodohan dan kedunguan

2.   Anak yang sering dipukul akan merasa rendah diri dan bloon.

3.   Suka membangkang sebagai bentuk perlawanan terhadap orangtua.

 

4.    Kasih sayang yang berlebihan

Sebagian ayah dan ibu karena saking sayangnya kepada anak-anak, mereka tidak mau memperbaiki karakter buruk anak-anaknya sendiri. Mereka membiarkan kenakalan anak-anaknya tanpa sedikit pun ditanggapi dengan sikap serius. Orangtua seperti ini tidak ingin memberi peringatan kepada anak-anak karena takut tersinggung. Semua orangtua harus mengekspresikan kasih sayang, tetapi jangan sampai tidak mendidiknya.  Orangtua yang baik adalah yang bisa menempatkan kasih sayang dan mendidik anak pada tempatnya yang tepat.

               Semua orangtua sangat menyayangi anak-anak setulusnya, namun mereka juga harus sadar dengan realita anak-anaknya. Mereka harus waspada dengan perilaku negatif anak-anak dan jangan mencampakkan perannya sebagai pendidik. Anak-anak tidak boleh kehilangan kasih sayang orangtuanya tapi juga jangan dibiarkan bebas begitu saja. Anak-anak harus menyadari bahwa karena kasih sayang orangtua ingin mendidik anak-anaknya. 

               Kasih sayang orangtua memang penting tapi kalau terlalu berlebihan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Kasih sayang itu seperti air atau makanan kalau diberikan dengan ukuran yang tepat dan dengan jumlah yang tepat maka akan memberikan hasil yang maksimal, tapi kalau tidak demikian akan berubah menjadi sesuatu yang tidak baik. Kasih sayang yang terlalu berlebihan untuk anak-anak adalah pengkhianatan seorang ayah terhadap anaknya.

               Anak-anak itu bukan mainan orangtua, tapi ia adalah manusia yang masih kecil yang harus dididik untuk menyongsong masa depannya. Ayah dan ibu harus sadar bahwa suatu hari mereka akan lepas dari mereka. Anak-anak juga tidak selamanya anak-anak. Mereka akan tumbuh menjadi dewasa dan harus bergaul dalam kehidupan sosial. Hidup adalah seni yang sangat sulit. Dalam kehidupan itu seseorang akan mengalami hal-hal yang menyenangkan, menyedihkan, menyengsarakan dan membahagiakan).

               Sebagai orangtua yang baik, mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa depan anak-anak mereka. Mereka harus dididik supaya menjadi manusia yang tangguh di hari esok. Jangan membiarkan mereka menjadi anak-anak yang tidak berdaya, lemah dan selalu mengiba-iba uluran tangan orang lain

 

 

 

            Akibat buruk dari kasih sayang yang berlebihan antara lain (Muhammad,  2002, hal 144):

  1. Lemahnya keyakinan dan ketawakalannya.
  2. Anak menjadi seorang yang penakut, yang tidak punya keberanian.
  3. Membunuh daya kreatifitas dan memupus kemampuan untuk mengadakan pembaharuan.
  4. Anak-anak yang selalu dimanjakan biasanya akan banyak mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
  5. Anak-anak yang dibesarkan dalam asuhan seperti itu akan menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengambil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangan orang lain
  6. Anak-anak itu tidak mau lagi mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya. Orangtuanya telah memenuhi segala keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran semu dirinya. Si anak jadi kehilangan realitas tentang dirinya. Ia merasa sudah sempurna.
  7. Anak-anak yang selalu dimanjakan dengan segala kesenangan dan segala keinginannya selalu dipenuhi oleh orangtua mereka, kelak kalau sudah besar akan tumbuh menjadi manusia yang sombong, suka memaksakan kehendak. Ia tidak akan pernah membuat ayah-ibunya tenang. Selalu merengek-rengek agar mereka memenuhi segala keinginannya.

Kesalahan yang amat serius dan banyak terjadi di masyarakat kita adalah fenomena kesibukan ibu dari peran utamanya merawat rumah dan anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah penting dari pendidikan anak. Misalnya, sibuk dengan karir di luar rumah, atau sering mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena malas-malasan

 

 

 

5.    Menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh.

dan tidak mau menangani langsung urusan anak dan menyerahkan anak dalam perawatan wanita lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat pengasuhan.

Hal ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya, karena anak berkembang tanpa kasih sayang. Jika anak miskin kasih sayang, ia pun akan bertindak keras terhadap anggota masyarakatnya, akibatnya masyarakat hidup dalam kekacauan, keretakan dan kekerasan.

 

6.    Membiarkan anak menjadi korban televise

Media massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak, dan media yang paling berbahaya adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun orang dewasa.

Banyak orang tua yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak, fitrah dan pendidikan mereka. Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih baik maka akal pikiran mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu. Oleh karena itu, anak-anak harus dilindungi dan diawasi dari perangkat yang dapat merusak ini 


MENGATASI KEBIASAAN BURUK ANAK DAN PENANGANANNYA

 

  1. A.     Mengompol

 Mengompol yang secara medis dikenal dengan sebutan nocturnal enuresis merupakan kondisi umum yang terjadi pada banyak anak, dan terkadang juga terjadi pada orang dewasa. Sekitar 10 % anak-anak berusia 5 tahun masih membasahi tempat tidur mereka hampir setiap malam. Kebiasaan mengompol pada anak tentunya membuat Anda sebagai orang tua frustasi. Anak Anda pun mungkin akan merasa bersalah, takut, malu dan sedih dengan kebiasaanya tersebut.

Mengompol bukan saja bisa terjadi di rumah, tapi bisa juga terjadi ketika anak di sekolah. Kebiasaan mengompol ini harus segera diatasi karena kalau dibiarkan dapat membuat anak minder dan malu. Rasa minder, malu dan dan sedih ini dapat menimbulkan masalah-masalah baru, misalnya anak menjadi bahan olokan teman-teman sekolahnya, merasa kurang percaya diri berada diantara teman-temannya, tidak bisa menginap di rumah saudaranya atau ikut kegiatan berkemah dengan teman-temannya, dan lainnya.

Mengompol sesungguhnya bukanlah kesalahan anak. Untuk itu, sebaiknya Anda tidak langsung memarahi dan menghukum anak apabila anak mengompol. Anda tentu tidak ingin anak Anda merasa bermasalah atas sesuatu yang tidak dapat ia kendalikan. Menyalahkan dan menghukum anak hanya akan memperburuk masalah. Lebih baik cari solusi cara menanggulangi masalah tersebut.

 

Penyebab anak mengompol, baik di rumah maupun di sekolah:

  1. Gejala penyakit misalnya infeksi pada saluran kencing dan gangguang sistem saraf akibat tekanan psikologis.
  2. Ada masalah pada kandung kemihnya yang menyebabkan anak harus buang air kecil lebih sering, walaupun hanya sedikit urine saja atau sebelum kandung kemihnya penuh.
  3. Anak belum siap secara fisik karena sistem tubuhnya belum sempurna. Anak belum mampu menahan air kencing di kandung kemih, tidak menyadari kebutuhan buang air kecil, bangun dari tidur dan pergi ke kamar mandi.
  4. Anak belum terbiasa pergi ke toilet sendiri karena biasanya selalu dibantu oleh Anda (orang tua) dan pengasuhnya dalam hal melepaskan dan mengenakan pakaian.
  5. Faktor keturunan dari orang tuanya.
  6. Anak tidak berani menyampaikan keinginan kepada gurunya bahwa ia mau menggunakan toilet di sekolahnya.
  7. Letak kamar kecil atau toilet terletak jauh dari kelas anak Anda, gelap dan terpencil sehingga anak merasa takut pergi sendirian.
  8. Toilet sekolah berbeda dengan toilet di rumah dan anak Anda tidak merasa nyaman dengan model WC (jongkok atau duduk).
  9. Anak merasa cemas dan tidak aman, misalnya saja karena ditinggal cuti pengasuhnya, kelahiran adik baru, atau pindah ke rumah baru.
  10. Kebersihan toilet di sekolah yang digunakan oleh banyak orang tidak sebersih toilet di rumah, menyebabkan anak enggan untuk menggunakan toilet di sekolah.


Saat siang hari anak Anda yang sudah terlatih untuk menggunakan toilet mungkin tidak memiliki kebiasaan mengompol. Sementara di malam hari karena jam tidur yang panjang, untuk tetap menjaga celana tetap kering sepanjang malam adalah keterampilan yang sulit dikuasai anak.Terutama ketika anak tertidur sangat pulas. Ia belum menguasai keterampilan untuk bisa menahan, bangun dari tidurnya dan pergi ke toilet ketika kandung kemihnya penuh. Yakinkan anak Anda bahwa mengompol adalah masalah yang umum terjadi pada anak-anak seusianya. Beri dukungan kepadanya dan katakan kepadanya bahwa ia pasti bisa mengatasi masalah tersebut.

Tips mengatasi kebiasaan mengompol pada anak:

  • Jelaskan kepada anak bahwa Anda tidak marah kepadanya karena ia mengompol. Anda justru ingin membantunya mengatasi kebiasaan mengompolnya tersebut. Selain usia anak yang semakin besar, ingatkan juga pada anak bahwa mengompol akan menyebabkan anak merasa tidak nyaman karena baju, celana, kaki dan tempat tidurnya basah.
  • Untuk memudahkan penjelasan kepada anak mengenai pentingnya tidak selalu tergantung kepada popok, Anda bisa mencari video di internet atau membeli buku yang memiliki gambar-gambar menarik menjelaskan cara yang dapat membantu mereka mengontrol kandung kemihnya dan mampu pergi ke toilet sendiri jika butuh buang air kecil.
  • Sebaiknya untuk mencegah anak mengompol adalah dengan melakukan beberapa latihan pada beberapa malam dulu. Cek popok anak setiap pagi hari untuk melihat apakah anak bisa menjaga popoknya untuk tetap kering sepanjang malam atau tidak. Usahakan sesegera mungkin setelah anak bangun dari tidurnya. Dengan begitu jika memang popoknya basah, maka Anda akan bisa melihat apakah pembasahan popok terjadi di malam hari atau pagi hari.
  • Jika setelah beberapa latihan saat malam hari anak selalu bisa menjaga popoknya untuk kering sampai pagi hari, maka itu berarti anak sudah siap untuk tidur dengan celana dalamya.
  • Bila dalam beberapa hari latihan anak tetap saja mengompol, mungkin memang anak Anda belum siap untuk menjaga celananya tetap kering saat malam hari. Anda bisa mengulangi latihan ini beberapa bulan kemudian. Tidak memaksa anak dan menunggu saat yang tepat adalah yang terbaik, dengan begitu Anda tidak perlu repot mengganti linen dan pakaian yang basah karena bekas mengompol setiap pagi.
  • Dalam masa latihan mungkin Anda bisa memberikan pull-up diaper kepada anak Anda yakni popok yang berbentuk seperti celana dalam anak.
  • Biasakan mengajarkan anak untuk mandiri pergi ke toilet sendiri tanpa dibantu oleh Anda (orang tua) dan pengasuhnya dalam hal melepaskan dan mengenakan pakaian.
  • Ajarkan anak untuk berani menyampaikan keinginan kepada gurunya ketika ingin menggunakan toilet di sekolah.
  • Jangan pernah mempermalukan anak Anda dengan memberitahukan kebiasaan mengompolnya tersebut di depan orang lain .
  • Batasi jumlah cairan yang diminum anak saat malam hari, terutama 1 – 2 jam sebelum tidur.
  • Ajak anak ke toilet dan buang air kecil beberapa saat sebelum waktu tidur. Buang air kecil sebelum tidur dapat dilakukan sebagai kegiatan rutin yang dilakukan anak sebelum beranjak tidur selain mandi, gosok gigi dan dibacakan cerita oleh ayah atau ibu.
  • Saat anak sudah tertidur, Anda bisa membangunkannya untuk pergi ke toilet pada jam tertentu atau sebelum akhirnya Anda beranjak untuk tidur juga. Bantu anak untuk membuka celananya dan perintahkan anak untuk buang air kecil. Setelah anak buang air kecil, Anda bisa membawa anak kembali ke kamar tidurnya untuk melanjutkan tidurnya.
  • Pastikan ada lampu tidur kecil yang menyala di jalan atau gang antara kamar anak Anda dan toilet di rumah. Dengan begitu ia bisa melihat jalan ke kamar mandi apabila terbangun di malam hari dan ingin membangunkan Anda untuk minta ditemani atau menggunakan toilet sendiri.
  • Beberapa orang tua berhasil menghilangkan kebiasaan mengompol anaknya dengan mengajak anak untuk pergi ke toilet dan buang air kecil secara rutin setiap jam di siang harinya.
  • Untuk memudahkan anak pergi ke toilet di malam hari, usahakan jalan antara kamar anak Anda dan toilet bebas dari barang-barang atau mainan anak yang berserakan.
  • Walaupun mengompol bukanlah kesalahannya, sebaiknya Anda mendorong anak untuk turut bertanggung jawab dengan memintanya untuk membantu Anda saat membersihkan dan mengganti linen atau sprei yang basah.
  • Jika anak Anda mengompol dengan tenang minta anak Anda untuk segera mengganti pakaiannya yang basah dengan yang kering agar air kencingnya tidak menyebabkan iritasi pada kulitnya. Bila diperlukan Anda juga bisa memandikannya. Katakan kepada anak Anda untuk mencoba tidak mengompol lagi malam berikutnya.
  • Selalu gunakan alas tidur dari bahan serap yang bisa dicuci sekaligus memiliki lapisan pelindung kasur tahan air.
  • Letakan alas tidur pelindung kasur dan linen serta pakaian kering anak di tempat terjangkau, dekat dengan anak. Sehingga Anda bisa mengganti linen dan pakaian anak dengan cepat apabila dibutuhkan.
  • Terkadang anak-anak yang sudah terlatih menggunakan toilet di siang hari masih memiliki kebiasaan mengompol di malam hari. Memang dibutuhkan waktu dan kesabaran mulai beberapa bulan sampai tahun bagi anak untuk bisa bebas dari popok sama sekali.
  • Berikan pujian, pelukan atau sticker yang dapat anak Anda lekatkan ke ke papan khusus atau kalender setiap anak berhasil tidak mengompol. Berikan semangat dengan memberikan hadiah untuknya apabila anak berhasil menjaga celananya untuk selalu tetap kering.
  • Apabila Anda meninggalkan anak dengan pengasuh di rumah atau menitipkan anak kepada kakek dan neneknya, maka beritahukan jadwal kebiasaan mengajak anak ke kamar mandi pada jam-jam tertentu anak biasa buang air kecil. Usahakan latihan atau terapi supaya anak tidak mengompol terus berlanjut walaupun Anda tidak bersamanya.
  • Anda bisa berkonsultasi dengan dokter anak Anda jika sampai usia 6 tahun ia masih memiliki kebiasaan mengompol untuk melihat apakah ada penyebab lain. Anak membutuhkan perawatan sebagaimana mestinya segera karena ada kemungkinan kebiasaan mengompolnya bisa jadi disebabkan banyak hal antara lain karena ada infeksi pada saluran kencingnya, faktor psikologis, diabetes dan masalah keluarga

 

  1. B.      Thumb/ Finger sucking

adalah sebuah kebiasaan dimana anak menempatkan jari atau ibu jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas mulut, mengisap dengan bibir, dan gigi tertutup rapat. Aktivitas mengisap jari dan ibu jari sangat berkaitan dengan otot-otot sekitar rongga mulut.

Mengisap ibu jari merupakan sebuah perilaku, bukan sebuah gangguan. Seiring pertambahan usia, diharapkan kebiasaan buruk tersebut akan hilang dengan sendirinya.Kebiasaan ini sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa dianggap normal pada masa bayi dan akan menjadi tidak normal jika berlanjut sampai masa akhir anak-anakHal ini sering terjadi dalam masa pertumbuhan, sebanyak 25-50% pada anak-anak yang berusia 2 tahun dan hanya 15-20% pada anak-anak yang berusia 5-6 tahun.(3,5,14)

Sebagian anak mempunyai kebiasaan mengisap sesuatu (misalnya jari) yang tidak memberi nilai nutrisi (non-nutritive), sebagai suatu kebiasaan yang dapat dianggap wajar. Akan tetapi, kebiasaan mengisap yang berkepanjangan akan menghasilkan maloklusi. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya tekanan langsung dari jari dan perubahan pola bibir dan pipi pada saat istirahat. Bila seorang anak menempatkan ibu jari di antara incisivus bawah dan atas, biasanya dengan sudut tertentu, maka akan terdapat dorongan incisivus bawah ke lingual sedangkan incisivus atas ke labial. Tekanan langsung ini dianggap menyebabkan perubahan letak incisivus.

Ada beberapa variasi maloklusi tertentu tergantung jari yang diisap dan juga penempatan jari yang diisap. Sejauh mana gigi berpindah tempat berkorelasi dengan lamanya pengisapan per hari daripada oleh besarnya kekuatan pengisapan. Seorang anak yang mengisap kuat-kuat tetapi hanya sebentar tidak terlalu banyak berpengaruh pada letak giginya, sebaliknya seorang anak yang mengisap jari meskipun dilakukan tidak terlalu kuat tetapi dalam waktu yang lama (misalnya selama tidur malam masih menempatkan jari di dalam mulut) dapat menyebabkan maloklusi yang nyata.

Anak-anak usia prasekolah memiliki kebiasaan mengisap jari tangan dan mainan yang dominan. Warren dkk melaporkan bahwa 20% anak memiliki kebiasaan mengisapnon-nutritive di luar usia 3 tahun. Dalam tindak lanjut jangka panjang, Warren et almengamati bahwa kebiasaan mengisap non-nutritive yang berkepanjangan melampaui 4 tahun menyebabkan lebar lengkung rahang sempit, overjet lebih besar dan prevalensi yang lebih besar dari gigitan terbuka dan gigitan silang. Holm dalam studi pada anak-anak Denmark yang berusia antara 3-5 tahun dengan kebiasaan mengisap, menemukan hubungan transversal dan sagital antara rahang tetap tidak berubah pada kebanyakan anak-anak, sedangkan hubungan vertikal bervariasi dengan perubahan kebiasaan mengisap. Anak-anak dengan kebiasaan mengisap jari cenderung untuk mempertahankan kebiasaanini. Anak-anak dengan kebiasaan mengisap jari tangan memiliki prevalensi jauh lebih tinggi hubungan molar distal dan kaninus, overjet lebih besar, dan gigitan terbuka dibandingkan dengan anak tanpa kebiasaan mengisap.

Fayyat pada penelitian terhadap 106 anak yang berusia antara 4 dan 6 tahun menyimpulkan bahwa di antara kebiasaan oral yang buruk, mengisap jari kelihatannya merupakan yang pertama menyebabkan openbite. Namun, bagi kebanyakan anak yang dinyatakan berkembang secara normal, beberapa kebiasaan mengakibatkan kerusakan fisik permanen pada anak.

 

Penanganan Thumb/Finger Sucking

Perawatan psikologis

Bila kebiasaan ini menetap setelah anak berumur 4 tahun, maka orang tua disarankan untuk mulai melakukan pendekatan kepada anak agar dapat menghilangkan kebiasaan buruknya tersebut, antara lain(16) :

  1. Mengetahui penyebab. Ketahui kebiasaan anak sehari-hari termasuk cara anak beradaptasi terhadap lingkungan sekitar. Faktor emosional dan psikologis dapat menjadi faktor pencetus kebiasaan mengisap ibu jari.
  2. Menguatkan anak. Menumbuhkan rasa ketertarikan pada anak untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Orang tua diingatkan untuk tidak memberikan hukuman pada anak karena anak akan makin menolak untuk menghentikan kebiasaan ini.
  3. Mengingatkan anak. Buat semacam agenda atau kalender yang mencatat keberhasilan anak untuk tidak mengisap ibu jari.
  4. Berikan penghargaan. Orang tua dapat memberikan pujian dan hadiah yang disenangi si anak, bila anak sudah berhasil menghilangkan kebiasaannya.

 

 

  1. C.        Mengisap Bibir/Menggigit Bibir (Lip Sucking/Lip Biting)

Definisi Lip Sucking/Lip Biting

a)      Kebiasaan buruk pada anak-anak sering dihubungkan dengan keadaan psikologis penderitanya. Kebiasaan yang sering dilakukan pada anak usia 4-6 tahun ini, dapat merubah kedudukan gigi depan atas ke arah depan, sedang gigi depan bawah ke arah dalam. Gigi yang protrusi akibat dari kebiasaan mengisap bibir bawah sejak kecil menyebabkan anak sering menjadi bahan pembicaraan teman-temannya, sehingga secara psikologis anak merasa kurang percaya diri. Oleh sebab itu, intensitas mengisap bibir bawah juga semakin meningkat. Selain menyebabkan protrusi, kebiasaan ini juga dapat membuat pertumbuhan gigi menjadi tertahan. Salah satu penelitian menunjukkan 50% anak-anak tuna wisma yang mempunyai oral habit, prevalensi mengisap atau menggigit bibir sebanyak 17,37%.(5,4,1)

b)      Kestabilan dan posisi gigi banyak mempengaruhi keseimbangan otot-otot sekitarnya. Kekuatan dari otot-otot orbicularis oris dan otot-otot buccinator yang diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Keseimbangan otot-otot daerah sekitar mulut dapat mengganggu apabila pasien memiliki kebiasaan buruk seperti mengisap ibu jari, menjulurkan lidah, mengisap bibir, dan bernafas melalui mulut.(17)

c)      Gigi berada dalam keadaan keseimbangan dinamis yang konstan. Keseimbangan kekuatan antar otot yang dipercaya dapat mempengaruhi posisi dan kestabilan dent alveolar complex. Graber mendeskripsikan mekanisme otot-otot buccinator. Dalam mekanisme ini, kekuatan yang mendorong gigi dihasilkan oleh otot orbicularis oris, otot buccinators, otot penarik superior pharyngeal yang diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Kerja yang berlebihan otot-otot orbicularis mempengaruhi pertumbuhan kraniofasial, memicu terjadinya penyempitan lengkung gigi, mengurangi ruang untuk gigi dan lidah serta terhalangnya pertumbuhan mandibula.(17,15)

 

 

 

  1. D.     Penanganan Lip Sucking/ Lip Biting

Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan mengisap bibir atau menggigit bibir pada anak-anak antara lain(14,5) :

a)   Myotherapi (latihan bibir)

  • Memanjangkan bibir atas menutupi incisivus rahang atas dan menumpangkan bibir bawah dengan tekanan di atas bibir atas
  • Memainkan alat tiup

b)   Orang tua harus berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab yangmembuat anak stress. Konsultasi dengan seorang psikiater merupakan salah satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.

 

 

 

 

  1. E.      Menyodorkan Lidah (Tongue Thrust)

1)      Definisi Tongue Thrust

Sejak tahun 1958, istilah tongue thrust atau menyodorkan lidah telah dijelaskan dan dibahas dalam pembicaraan dan diskusi dalam bidang kedokteran gigi serta dipublikasikan oleh banyak penulis. Telah dicatat bahwa sejumlah besar anak-anak pada usia sekolah memiliki kebiasaan menyodorkan lidah. Menurut literatur baru-baru ini, sebanyak 67-95% dari anak-anak yang berusia 5-8 tahun melakukan kebiasaan tongue thrust dalam jangka waktu yang lama akan berhubungan dengan masalah orthodontik atau gangguan pengucapan. Pada satu negara, kira-kira 20-80% pasien orthodontik memiliki beberapa bentuk kasus tongue thrust.(18)

Posisi lidah yang tidak normal dan penyimpangan yang dinamakan gerakan lidah yang normal saat menelan telah lama terkait dengan openbite anterior dan protrusi incisivus rahang atas. Prevalensi posisi lidah secara anterior relatif tinggi pada anak-anak, Proffit menyatakan bahwa kondisi ini sering disebut tongue thrust, deviate swallow, visceral swallow, atauinfantile swallow. Dia juga percaya bahwa dua alasan utamanya berhubungan dengan psikologi (maturasi) dan anatomi (pertumbuhan) anak itu sendiri. Bayi normal memposisikan lidahnya secara anterior di dalam mulut saat posisi istirahat dan menelan.(19)

Kebiasaan mendorong lidah sebetulnya bukan merupakan kebiasaan tetapi lebih berupa adaptasi terhadap adanya gigitan terbuka misalnya karena mengisap jari. Kebiasaan menjulurkan lidah biasanya dilakukan pada saat menelan. Pola menelan yang normal adalah gigi pada posisi oklusi, bibir tertutup, dan lidah berkontak dengan palatum.

 

Ada 2 bentuk penelanan dengan menjulurkan lidah, yaitu(12,6) :

  1. Penelanan dengan menjulurkan lidah sederhana, biasanya berhubungan dengan kebiasaan mengisap jari.
  2. b)        Menjulurkan lidah kompleks, berhubungan dengan gangguan pernafasan kronis, bernafas melalui mulut, tonsillitis atau faringitis.

Dari teori keseimbangan, tekanan lidah yang ringan tetapi berlangsung lama pada gigi dapat menyebabkan adanya perubahan letak gigi dan menghasilkan efek yang nyata. Dorongan lidah yang hanya sebentar tidak akan menghasilkan perubahan pada letak gigi. Tekanan lidah pada penelanan yang tidak benar hanya berlangsung kira-kira 1 detik. Penelanan secara ini hanya terjadi kurang lebih 800 kali pada saat seseorang terjaga dan hanya sedikit pada waktu tidur sehingga sehari hanya kurang dari 1000 kali. Tekanan selama seribu detik (kurang lebih 17 menit) tidak cukup untuk mempengaruhi keseimbangan. Sebaliknya, pasien yang meletakkan lidahnya ke depan sehingga memberikan tekanan yang terus-menerus pada gigi, meskipun tekanan yang terjadi kecil tetapi berlangsung lama, dapat menyebabkan perubahan letak gigi baik jurusan vertikal maupun horizontal. Pada pasien yang posisi lidahnya normal pada saat menelan tidak banyak pengaruhnya terhadap letak gigi.(11)

 

  1. C.    Penanganan Tongue Thrust

Penanganan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan menyodorkan lidah pada anak-anak adalah(20,21) :

a)        Terapi bicara

b)        Latihan myofunctional

Menarik bibir bawah pasien. Sementara bibir menjauh dari gigi, pasien diminta untuk menelan. Jika pasien biasa menyodorkan lidahnya, bibir akan menjadi sedemikian kencang seolah berusaha untuk menarik jari-jari yang menarik bibir pada saat pasien berusaha menelan. Pasien yang menyodorkan lidah tidak dapat melakukan prosedur penelanan mekanis sampai bibir-bibir membuka rongga mulut.

 

c)        Latihan lidah

Berlatih meletakkan posisi lidah yang benar saat menelan. Pasien harus belajar melakukan “klik”. Prosedur ini mengharuskan pasien meletakkan ujung lidah pada atap mulut dan menghentakkannya lepas dari palatum untuk membuat suara klik. Posisi lidah pada palatum selama aktivitas ini kira-kira seperti posisi jika menelan dengan tepat. Pasien juga diminta membuat suara gumaman dimana pasien akan mengisap udara ke dalam atap mulutnya di sekeliling lidah. Selama latihan ini, lidah secara alamiah meletakkan dirinya ke atap anterior palatum. Selanjutnya pasien akan meletakkan ujung lidah di posisi ini dan menelan. Latihan ini dilakukan terus-menerus sampai gerakan otot-otot menjadi lebih mudah dan lebih alamiah.

 

gigit-gigit kuku. Para ahli mengatakan, menggigit kuku adalah cara anak untuk merasa nyaman. Entah ketika mereka nervous atau sedang tidak nyaman, kukulah yang menjadi sasaran.


Kebiasaan ini jelas tidak baik untuk si anak, kuku yang mereka gigit pasti sudah menjadi sarang kuman. Dilansir dari boldsky.com, kami punya tips untuk mengatasi kebiasaan 'gigit-gigit kuku' pada anak.


Memotong kuku

Pastikan Anda memotong kuku anak Anda secara teratur. Jangan tunggu panjang supaya si kecil tidak punya kesempatan untuk gigit-gigit kukunya lagi.

Gunakan pewarna kuku

Gunakan pewarna kuku saat mereka sedang liburan. Dengan kuku yang berwarna-warni, akan membuat mereka sayang untuk menggigiti kukunya.


Menggunakan sarung tangan

Pakaikan sarung tangan pada anak Anda. Ini merupakan salah satu cara tepat untuk mengurangi kebiasaan buruk mereka.


Menggunakan garam

Sesuatu yang berasa asin bisa membuat anak Anda mengurangi kebiasaan menggigit kuku. Rendam tangan anak Anda di larutan air garam supaya kebiasaan gigit-gigit kuku berkurang.


Biarkan si anak sibuk

Isi waktu mereka dengan berbagai kesibukan Ladies, contohnya saja menggambar. Dengan begitu perhatian mereka akan teralihkan.

Menggunakan bubuk cabe

Seperti menggunakan cairan garam, menggunakan bubuk cabe adalah salah satu cara untuk mengurangi kebiasaan gigit-gigit kuku pada anak. Tapi Anda harus ekstra hati-hati kalau menggunakan cara ini Ladies, takutnya bubuk cabe bisa masuk ke mata si kecil.


Menggunakan minyak

Anda bisa menggunakan minyak telon, minyak kayu putih, atau minyak goreng pada jari anak Anda.

Jus pahit

Anda juga bisa menggunakan jus pahit untuk tangan anak Anda. Dengan begitu, ketika mereka memasukkan tangan mereka ke mulut, mereka akan dengan cepat melepaskan tangan keluar dari mulut mereka.

Meningkatkan kesadaran

Sebaga orang tua yang baik, Anda juga perlu meningkatkan kesadaran si kecil untuk mengurangi kebiasaan gigit-gigit kuku. Ajarkan pada mereka bahwa gigit-gigit kuku adalah kebiasaan buruk dan tidak ada orang yang menyukainya.


Mengatasi kebiasaan secara bertahap

Tidak muda melepaskan suatu kebiasaan. Jangankan pada anak kecil, orang dewasa pun kadang juga susah untuk meninggalkan kebiasaan buruk mereka. Jelaskan apa saja kerugian dari menggigiti kuku, dengan begitu perlahan mereka akan menghilangkan kebiasaan mereka.

Mengetahui alas an

Ketahui alasan mengapa mereka suka menggigiti kuku. Kalau Anda tahu alasan mereka, Anda akan lebih mudah mengurangi kebiasaan buruk menggigit kuku.


Belajar mencintai kuku

Jika anak perempuan Anda suka menggigit kuku pastikan Anda mengajarkan mereka untuk mulai mencintai kuku. Pastikan Anda juga menjaga kesehatan dan kecantikan kuku Anda.


Ganti dengan makanan ringan

Anda dapat mengganti kebiasaan menggigit kuku dengan semangkuk snack sehat.

 

Sering kali, perbuatan berbohong merupakan kebiasan anak. Bahkan banyak terdapat pula pada lingkungan orang dewasa. Kebiasaan berbohong harus dapat diberantas karena merusak kehidupan bersama. Sebelum sampai pada cara-cara pemberantasan, ada baiknya kita pahami dulu macam-macam bohong. Setidaknya ada dua macam yaitu bohong karena pengaruh fantasi dan bohong sungguhan. Bohong karena pengaruh fantasi disebabkan anak senang dongeng. Karena fantasinya ini, tidak mengherankan dalam bercerita pun sering secara tidak sengaja mereka manambahkan bumbu penyedap. Misalnya, ketika mereka melihat ular sebsar jari tetapi mengatakan sebesar lengan. Bohong karena fantasi ini akan hilang dengan sendirinya karena hanya merupakan akibat dari suatu perkembangan jiwa saja.

Sementara bohong sungguhan, yaitu bohong yang disengaja untuk mendapatkan keuntungan. Misalnya anak ingin belajar dirumah temannya. Padahal, sebenarnya ia hanya ingin menonton karena TV dirumahnya sedang rusak. Sekali lagi, bohong seperti ini adalah bohong sungguhan yang harus diberantas. Untuk dapat menghilangkan kebiasaan tersebut kita perlu mencari sebab-sebabnya dahulu. Bisa jadi penyebabnya adalah salah satu dibawah ini :

1. Mencontoh orang lain, terutama orang tuanya. Diluar pengetahuan kita, ternyata anak telah “belajar” berbohong dari orang tua, ataupun orang dewasa. Seperti kita pahami bersama, anak kecil adalah peniru yang baik. Jadi, ketika ia menyaksikan orangtuanya atau orang dewasa lainnya dapat mencapai maksudnya dengan jalan berbohong, segera si anak meniru untuk mencapai keinginannya denga berbohng pula.

2. Berbohong karena memang “diajari” oleh orangtuanya. Kelihatannya mengherankan : masak orangtua mengajari berbohong? Namun jika diteliti, sebenarnya ada juga orangtua yang entah disengaja atau tidak mengajari anaknya berbohong.

3. Jika anak berterus terang, ia malah dimarahi bahkan dipukul. Dalam menghadapi orangtua yang demikian, demi keselamatan dirinya anak itu lalu berbohong.

4. Kebiasaan berbohong ini sering diakibatkan karena sikap orangtua yang memanjakan. Anak yang dimanjakan menjadi malas. Untuk menutupi kemalasannya, tidak jarang anak berlaku bohong.

Setelah kita mengetahui sebab-sebabnya, saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Hendaknya orangtua memberi contoh jangan sampai berbohong. Dalam pendidikan, contoh merupakan alat pendidik yang paling ampuh. Hal ini tidak mengherankan sebab untuk dapat mendidik, orangtua harus berwibawa. Untuk dapat berwibawa, orangtua harus mempunyai bobot. Orang yang mampu memberi contoh yang baik adalah orang yang berbobot dalam kepribadian.

2. Jika anak berani berterus terang, jangan dimarahi. Jika dimarahi, anak akan memilih berbohong agar selamat.

3. Biasakan meminta laporan tidak berat sebelah. Misalnya, jika masakan enak, perlu ditanyakan juga siapa yang memasaknya. Dengan demikian, anak akan menilai bahwa orangtuanya adil. Penilaian ini menyebabkan anak tidak mudah tergelincir ke sikap suka berbohong.

4. Cara ini agak riskan dan bersifat untung-untungan, yaitu anak ganti dibohongi sehingga ia akan kecewa. Setelah itu, kita jelaskan bahwa hidup bersama perlu kejujuran, jika saling berbohong, hidup bersama akan menjadi rusak.

5. Cara terakhir adalah orangtua menyatakan penderitaannya akibat kebohongan anak. Anak yang normal biasanya akan mengubah tingkah lakunya karena ternyata tingkah lakunya tersebut merugikan orang lain, lebih-lebih orangtuanya.



Pengirim :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :