Selamat Datang di PP PAUD dan Dikmas Jawa Tengah
Banner
Unit Layanan Terpadu
Agenda
02 October 2023
M
S
S
R
K
J
S
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Statistik

Total Hits : 23523093
Pengunjung : 355959
Hari ini : 317
Hits hari ini : 33406
Member Online :
IP : 44.192.115.114
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Transformasi Pendidikan Pasca Pandemi

Tanggal : 05/24/2020, 00:50:40, dibaca 22400 kali.

Transformasi Pendidikan Pasca Pandemi

Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) memberikan beragam pelajaran dan hikmah, terutama di bidang pendidikan. Diantaranya yakni pandemi covid 19 berpotensi mengakselerasi kebijakan Merdeka Belajar yang digagas Kemendikbud serta mengukuhkan kembali peran orang tua dan masyarakat sebagai bagian dari trisentra pendidikan.

Demikian ikhtisar sesi kedua dari seminar daring (Webinar) dengan Tema Teknologi Dalam Pendidikan yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini - Pendidikan Masyarakat (PP PAUD Dikmas) Jawa Tengah, Rabu 20 Mei 2020. Webinar hari kedua ini mengangkat tajuk Homeschooling sebagai pendidikan alternatif di era digital.

Narasumber yang dihadirkan secara daring yakni pelaksana tugas kepala pusat data dan teknologi informasi (Pusdatin) Kemendikbud Hasan Chabibie, fungsional direktorat pendidikan masyarakat dan pendidikan khusus Samto Prawiro, serta pendiri homeschooling Pena Surabaya. Plt Kapusdatin Hasan Chabibie memaparkan transformasi pendidikan di era digital. Hasan mengutip kalam bapak pendidikan Kihajar Dewantoro bahwa setiap orang adalah guru dan setiap rumah menjadi sekolah. "Kita tidak menyangka perkataan tersebut benar benar terjadi saat ini. Relevansi sekali dengan kondisi pandemi kita di Indonesia dan di dunia sekalipun," kata Hasan.Dalam 3 bulan terakhir ini, hampir seluruh negara di dunia kini menutup proses aktifitas pendidikan di sekolah. Pembelajaran secara klasikal yakni di ruang-ruang sekolah terhenti dan digantikan belajar dari rumah. Pusdatin menghadapi kondisi bencana non alam ini imbuh Hasan, telah menyiapkan rumah belajar sebagai alternatif sumber pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi sejak 2011. Berbagai fitur bisa dimanfaatkan termasuk para pendidik termasuk juga pengajar sekolah rumah (homeschooling).

Sementara itu Samto Prawiro menegaskan kembali surat edaran Mendikbud No. 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid 19. Kebijakan tersebut menerangkan, bahwa belajar dari rumah memberikan pelajaran bermakna kepada siswa tanpa terbebani ketuntasan kurikulum. "Dalam SE disebutkan belajar dari rumah difokuskan pada belajar kecakapan hidup, fokusnya disitu bukan akademisnya. Belajar dari rumah bukan memindahkan (pelajaran) kelas ke rumah," kata Samto.

Lebih lanjut dikatakan Samto, penilaian terhadap kegiatan kelas juga tidak harus menggunakan kuantitatif, tapi dapat bersifat kualitatif. "Disinilah pentingnya komunikasi positif antara pendidik dengan orangtua. Budaya mendidik di sekolah dan dirumah berbeda, jadi diperlukan pemahaman bersama,"tegas Samto.

Samto memprediksi, usai masa pagebluk ini akan muncul kebiasaan baru khususnya dalam pendidikan. Teknologi akan semakin berperan penting dalam pembelajaran. Selain itu sekolah rumah juga akan semakin diminati dan berkembang seiring dengan semakin intensifnya peran orangtua dalam pendidikan di masa pandemi ini. Pemateri ketiga dalam webinar kali menghadirkan langsung praktisi sekolah rumah yakni Supriadi. Sekolah rumah yang telah didirikannya di kota Surabaya kini telah berkembang secara profesional dan mendapatkan penghargaan dari berbagai lembaga hingga pemerintah.

Supriadi mengembangkan sekolah rumah dengan berbasis teknologi. Sistem pembelajaran, administrasi hingga pemasaran dilakukannya melalui learning management system (LMS) berbasis web. "Sangkin merasa pentingnya kami membuat 2 website. Keduanya punya fungsi yang berbeda. Selain pusat informasi website ini kami buat juga sebagai LMS, komunikasi dan marketing," kata Supriadi.

Selain berbasis web, Supriadi juga memanfaatkan aplikasi berbasis gadget untuk administrasi dan pembelajaran digital. Tim teknologi informasi Supriadi menciptakan aplikasi bernama Homeschooling Pena, yang dapat diunduh di playstore android. Aplikasi ini membantu mereka mengelola sistem administrasi seperti presensi digital, sistem evaluasi UTS atau UAS, rapor online, kalender akademik hingga sistem penggajian. Media sosial juga dimanfaatkan Supriadi sebagai perangkat distribusi informasi dan komunikasi dengan klien.
Selain dapat lebih dikenal oleh masyarakat, melalui media sosial juga dapat memanen keuntungan melalui iklan berbayar yang dipasangkan. Ia mengalokasikan 5-10% dari anggaran operasional sekolah rumah Pena untuk biaya pemasaran.

"Semua biaya kami buat harus fleksibel, termasuk biaya uang sekolah. Selama ini kami mencharge (biaya pendidikan) sama rata. Kami gunakan subsidi silang, bahkan kami ada beberapa kelas yang minus bayar tutor yang standar S1 PTN. Kami tidak mungkin bayar para tutor tersebut dibawah UMK," imbuh Supradi. Supriadi berpesan bagi yang ingin membangun sekolah rumah, tidak memikirkan keuntungan sejak awal pendirian lembaga. "Yang harus digarisbawahi adalah sekolah rumah ini membantu anak-anak bukan profit oriented. Niatnya membantu setiap orang agar mendapatkan layanan pendidikan yang setara," tandasnya.

Kepala PP PAUD Dikmas Jawa Tengah Djajeng Baskoro sebelum menutup kegiatan menegaskan kembali tentang layanan pendidikan yang diamanatkan undang-undang kepada pemerintah melalui kemendikbud. Dengan 3 jalur layanan pendidikan yakni formal, informal dan non-formal dimaksudkan agar masyarakat Indonesia terlayani pendidikannya. "Kita sebagai pemerintah berupaya menjamin semua layanan pendidikan berkualitas, siapapun yang menerima pendidikan mendapatkan kualitas yang sama-sama terstandar. Di tempat kami banyak dikembangkan model pembelajaran berbasis teknologi," kata Djajeng.

Pada prinsipnya menurut Djajeng, di pendidikan non formal, anak akan dibekali 3 hal utama untuk kehidupannya dikemudian hari yakni pendidikan karakter moral dan mental, sains dan teknologi, serta kecakapan hidup. Ketiganya ini harus seimbang. Tidak hanya sainstek yang harus diutamakan. "Pandemi covid-19 ini memberi pelajaran kepada kita, baik melalui jalur sekolah formal dan non informal,
kita harus memberi bekal agar putra putri kita tangguh. Dengan cara apapun termasuk homeschooling. Tidak ada jalur pendidikan yang paling bagus. Semuanya bagus sesuai dengan kebutuhannya," pungkas Djajeng.

Penulis Naskah : Muhammad Muharram Lubis
Pengkaji Materi : Jamaluddin



Kembali ke Atas


Berita Lainnya :